Turikale, MAROSnews.com – Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal digelar di Creative Centre Peprustakaan Daerah Maros, Jumat (2/5/2025).
Pelaksanaan bimtek diikuti 50 peserta dari berbagai latar belakang, mulai tenaga perpustakaan, pustakawan, mahasiswa, guru hingga masyarakat umum.
Kegiatan yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Maros ini menghadirkan pemateri dari tokoh literasi, dewan pendidikan dan media. Masing-masing pemateri yakni Bachtiar Adnan Kusuma, Lory Hendrajaya dan Imam Dzulkifli.
Ketua Pantia Irham Bijaksana dalam laporannya menyampaikan bahwa dasar pelaksanaan kegiatan merujuk pada Peraturan Perpusnas Nomor 12 Tahun 2024 Tentang Juknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik dan Keputusan Bupati Maros 471/KPTS/000.4/II/2025.
Dalam laporannya, Irham juga menjelaskan kegiatan ini memiliki empat tujuan, di antaranya ; 1. Menumbuhkan Kesadaran terhadap Pentingnya Pelestarian Budaya Lokal,
2. Mengembangkan Kreativitas dalam Mengekspresikan Nilai-Nilai Budaya, 3. Meningkatkan Kemampuan Literasi Budaya dan Sastra, dan 4. Mendorong Lahirnya Karya Tulis Berkualitas yang Mengangkat Identitas Lokal.
Sementara Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Maros, Dr. Fitri Adhicahya dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan kegiatan.
Fitri menilai bimtek ini sebagai bentuk nyata dalam upaya mengembangkan kemampuan literasi masyarakat, khususnya di bidang kepenulisan, sekaligus dalam rangka pelestarian budaya lokal yang menjadi identitas dan kekayaan bangsa.
“Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi budaya luar, kita menyadari bahwa budaya lokal seringkali terpinggirkan. Padahal, nilai-nilai luhur dan warisan budaya yang kita miliki tidak kalah penting dan relevan untuk terus diperkenalkan, dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi mendatang. Salah satu cara efektif untuk menjaga eksistensi budaya lokal adalah melalui tulisan,” ujar Fitri.
Kepada para peserta bimtek, Fitri berharap agar dapat menggali potensi lokal yang ada di sekitar, baik itu cerita rakyat, tradisi, bahasa daerah, kearifan lokal, maupun tokoh-tokoh budaya. “Kemudian tuangkan dalam bentuk karya tulis yang menarik, kreatif, dan bermakna,” ungkapnya.