“Saya dari pesantren. Kakek dan bapak saya pimpinan pesantren. Makanya dalam pengabdian saya sebagai legislator, pesantren selalu menjadi prioritas,” tambahnya.
Mengenai historinya dengan DDI, Muzayyin menceritakan bahwa ijazah SMA-nya diterbitkan oleh DDI Aliritengae Kabupaten Maros. Sebab, ia menempuh pendidikan menengah atasnya dengan mondok di pesantren.
Makanya, lanjut magister dari Universitas Islam Jakarta itu, begitu mendapat informasi DDI Cambalagi membutuhkan bangunan asrama, ia mulai mengupayakannya di provinsi. Hingga pada awal 2022 dipastikan rencana pembangunan asrama tersebut mendapat kucuran anggaran Rp400 juta dari Pemprov Sulsel.
Hari ini asrama sudah diresmikan, bersamaan dengan penamatan santri DDI Cambalagi. Kepala Kemenag Maros, Abdul Hafid M Talla dan beberapa tokoh organisasi Islam di Maros tampak menghadiri acara. (*)