“Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah” (terjemahan dari penulis).  

Problem muncul ketika di awal ramadan tidak dapat menjalankan puasa, semisal wanita yang tengah mengalami menstruasi. Pertanyaannya adalah bisakah seseorang yang baru bisa berpuasa setelah hari pertama ramadan berniat puasa versi pendapat Imam Malik di atas?   

Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu memahami konteks dan alasan mengapa pendapat Malikiyyah memperbolehkan menjamak niat di awal ramadan.

Para fuqaha Malikiyyah menegaskan bahwa alasan dicukupkannya satu kali niat untuk puasa satu bulan adalah karena satu bulan penuh puasa ramadan dihukumi satu kesatuan, sehingga niat di awal ramadan sudah mencukupi untuk hari berikutnya. Selama sebulan, umat Islam diwajibkan berpuasa tanpa ada jeda, seperti satu paket barang tanpa dicampuri sesuatu yang lain.   

Oleh karenanya, mazhab Maliki membedakan antara puasa yang wajib dilakukan secara berkelanjutan tanpa ada jeda, seperti ramadan, dan jenis puasa yang tidak wajib dilakukan secara berkelanjutan, seperti qadha puasa ramadan.   

Puasa jenis pertama, karena dilakukan secara terus-menerus tanpa ada jeda berbuka, maka dihukumi satu kesatuan. Sedangkan jenis puasa kedua karena diperbolehkan untuk memberi jeda waktu tidak berpuasa, tidak dihukumi satu kesatuan antara satu puasa dengan puasa yang lain. 

Untuk puasa jenis kedua, bila diniati untuk dilakukan secara berkelanjutan, maka ulama Malikiyyah berbeda pendapat, sebagian versi menyatakan dihukumi satu kesatuan, sedangkan versi yang lain tidak dihukumi satu kesatuan.  

Oleh karenanya, puasa ramadan boleh diniati secara jama’ (dikumpulkan) dalam satu hari, sedangkan untuk puasa qadha ramadhan harus diniati sendiri-sendiri di setiap harinya.  

Syekh Muhammad bin Yusuf al-Ghurnathi, salah seorang pakar fiqih mazhab Maliki menegaskan:

  ـ (وكفت نية لما يجب تتابعه) اللخمي: أما ما تجب      متابعته كرمضان وشهري الظهار وقتل النفس ومن نذر شيئا بعينه ومن نذر متابعة ما ليس بعينه فالنية في   أوله لجميعه تجزئه.