MAROS – Fakuktas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) akan mengembangkan potensi gula aren di Hutan Pendidikan Unhas di kawasan Bengo-Bengo Kabupaten Maros.

Sebagai langkah awal pengembangan potensi gula aren ini, Dekan Fakultas Kehutanan Unhas Dr. A. Mujetahid M dan salah seorang dosen Fakultas Kehutanan Syahidah, melakukan observasi ke lokasi pengolahan gula aren yang dilakukan oleh masyarakat di areal Hutan Pendidikan Unhas.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu (16/1/2022) lalu ini turut didampingi jajaran pengelola Hutan Pendidikan Unhas.

Berdasarkan hasil peninjauan, masyarakat setempat mengolah atau memasak nira aren dengan menggunakan kayu bakar kurang lebih 3-4 batang kayu berdiameter 6-12 cm yang diperoleh dari sekitar tempat pengolahan. 

Kelemahan dari proses pengolahan (memasak) gula aren dengan kayu bakar adalah waktu yang relatif lama.  Untuk menghasilkan 30 liter nira membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 9 jam.

Di Hutan Pendidikan Unhas terbagi atas 9 kelompok penyadap yang beranggotakan rata-rata 2 orang/kelompok.  Masing-masing memproduksi gula aren sebesar 5,6 – 9,6 kg/hari atau 168 – 288 kg/bulan/kelompok.

Dengan demikian, potensi gula aren dalam satu bulan oleh 9 kelompok adalah sekitar 1,5 – 2,5 ton/bulan. Harga gula aren saat ini adalah Rp. 30.000,-/kg, sehingga potensi penghasilan masyarakat dalam sebulan adalah Rp. 45.360.000,- s.d. Rp. 77.760.000,-.

“Perlu inovasi bahan bakar pengolahan gula aren dengan memanfaatkan biogas. Melihat kondisi selama ini, dimana masyarakat melepasliarkan ternaknya di kawasan Hutan Pendidikan, sehingga ternak bisa merusak tanaman dan memakan anakan/permudaan pohon aren. Hal ini merugikan keberlanjutan pengelolaan aren dan juga mengancam kelestarian tanaman di Hutan Pendidikan”, jelas Syahidah.

Pembentukan suatu kompleks terpadu antara kandang ternak dengan pengolahan gula aren sangat dibutuhkan dan harus segera diwujudkan, karena kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Hal ini didukung oleh potensi hijauan sebagai pakan ternak yang cukup banyak.

Di sisi lain, sapi yang dikandangkan dapat digemukkan sehingga akan memiliki nilai jual lebih. 

Kegiatan lain yang dapat diintegrasikan dalam rencana kompleks terpadu tersebut adalah pemeliharaan lebah madu, dimana bunga aren dan beberapa tanaman lainnya dapat menjadi pakan bagi lebah madu tersebut.

Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah aktual untuk memulai program ini sehingga pemberdayaan masyarakat sekitar Hutan Pendidikan dapat segera diwujudkan dan Kawasan Hutan Pendidikan akan terjaga dari gangguan ternak. (Rls UH)