Tanralili, Marosnews.com – Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Bidang Kemitraan, Riset dan Inovasi memberi pelatihan budidaya lebah trigona kepada masyarakat di Desa Purnakarya, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Minggu kemarin (24/10/2023).

Dalam pelatihan ini, masyarakat juga diperkenalkan mengenai keunggulan budidaya trigona.

Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset dan Inovasi Fakultas Kehutanan Unhas, Astuti dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas keikutsertaan masyarakat Desa Purnakarya dalam kegiatan pelatihan bersama mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat cara budidaya lebah trigona yang baik dan benar, dan memperkenalkan bahwa lebah madu trigona mempunyai banyak keunggulan dibandingkan lebah madu yang lain. Salah satunya adalah tidak memerlukan perawatan dan peralatan khusus sehingga lebih memudahkan untuk membudidayakannya,” jelas Astuti.

Astuti berharap kegiatan ini bisa memberikan insight bagi masyarakat Desa Purnakarya dan mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas terkait budidaya lebah trigona.

Hadir sebagai narasumber dalam pelatihan ini yakni Andi Prastiyo (Alumni Fakultas Kehutanan Unhas), membawakan materi tentang budidaya lebah trigona.

Dalam materinya Prasityo memaparkan bahwa mebah trigona merupakan kelompok lebah berukuran kecil yang termasuk dalam sebuah kelompok bernama Meliponini dan masih berkerabat dekat dengan lebah madu bersengat (Apis spp) dalam suku Apidae.

“Lebah trigona tak hanya menghasilkan madu tapi bisa menghasilkan produk dan jasa lainnya seperti roti lebah, propolis, nucs dan jasa penyerbuk,” ujar Prasityo.

Untuk teknik budidaya lebah trigona Prasityo menyebut beberapa langkah yang harus dilakukan, yakni persiapan awal (analisa kelayakan lingkungan dan persiapan alat bahan), pengelolaan koloni, pengembangan koloni, dan produk serta jasa.

“Dalam budidaya lebah trigona ada beberapa keunggulannya yakni, tidak mengenal masa paceklik dan tidak perlu digembala, tahan hama penyakit, produksi propolis tinggi, tidak memerlukan perawatan dan peralatan khusus serta tidak menyengat,” jelasnya.

Usai pemaparan materi kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama. Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta. (***)

Rls