Turikale, Marosnews.com – Fenomena La Nina diprediksi terjadi di Kabupaten Maros di bulan Januari dan Februari tahun depan (2022). Namun tidak menutup kemungkinan La Nina terjadi akhir tahun ini (2021).
Hal di atas disampaikan langsung Kepala BPBD Maros Muh Fadli saat ditemui Marosnews.com di Kantor BPBD Maros di Jalan Asoka, Selasa (09/11/2021).
“Berdasarkan penjelasan BMKG saat kami melakukan koordinasi, potensi La Nina di Maros terjadi bulan Januari dan Februari tahun depan, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi akhir tahun ini,” ungkap Fadli.
Lebih lanjut, Fadli mengatakan untuk menghadapi terjadinya fenomena La Nina dan bencana lainnya di musim penghujan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah.
Di antaranya persiapan sarana dan prasarana, penguatan Tim Satgas hingga pelatihan mitigasi bencana yang selesai digelar belum lama ini.
Selain itu, Fadli juga menyebut telah mengimbau para Kepala Desa agar melakukan antisipasi dini terjadinya bencana dengan melakukan pembersihan drainase.
Lalu apa itu fenomena La Nina?
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
“La Nina cukup berpengaruh terhadap peluang curah hujan di Indonesia, tetapi ini bukan badai,” kata Dwikorita.
Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan fenomena La Nina terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.
Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah. Selain itu, angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudra Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.
Dampak La Nina terhadap Indonesia
Pasokan aliran massa udara dari Samudra Pasifik menuju ke wilayah Kepulauan Indonesia mengakibatkan terjadinya peningkatan curah hujan karena akan meningkatkan pembentukan awan-awan hujan dengan tambahan massa udara basah.
Di mana akhirnya penambahan pembentukan awan-awan hujan dan massa udara basah tersebut akan meningkatkan pula curah hujan.
“Berdasarkan hasil monitoring, La Nina lemah, meskipun masih lemah, namun harus waspada bila nanti menjadi moderat, maka dampaknya akan lebih dari saat ini,” kata Dwikorita.
Dwikorita mengungkap, La Nina umumnya akan berdampak pada curah hujan tinggi dan berisiko meningkatkan peluang terjadinya ancaman bencana hidrometeorologi, terutama di wilayah rawan.
Beberapa bentuk bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi adalah longsor, banjir, banjir bandang, jalan licin, pohon tumbang, dan lain sebagainya.