Turikale, MAROSnews.com – GP Ansor Maros menggelar dialog kebangsaan tentang ancaman radikalisme terhadap demokrasi Indonesia. Acara berlangsung di Cafe Bagas, Kecamatan Senin (27/4/2024) kemarin.

Ketua GP Ansor Kabupaten Maros Abustan, menyampaikan bahwa 90 tahun Ansor telah memiliki kontribusi aktif bahkan pengorbanan riil untuk tegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurutnya segala upaya yang akan merongrong negara Indonesia yang merupakan kesepakatan para leluhur dan para ulama akan selalu ditantang dan dilawan.

“Kita tidak mau ada yang merusak keutuhan Negara ini, yang merupakan kesepakatan pendiri dan leluhur bangsa dan para ulama kita,”ujarnya.

Sementara itu ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Maros, KH. Ibnu Hajar Arif, sangat mengapresiasi dialog ini. Dirinya berharap, semua banom NU harus saling memacu program.

Di tempat yang sama, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) Sulawesi Selatan (Sulsel) yang juga merupakan peneliti BRIN, Syamsulrijal Adhan mengatakan bahwa makna radikal telah mengalami pergeseran yang cenderung mengedepankan kekerasan untuk mencapai tujuan.

“Kita awali dengan kesepakatan bahwa yang akan kita diskusikan bahwa radikalisme yang kita maksud adalah gagasan dan tindakan mengedepankan kekerasan dan ingin mengganti dasar negara,” katanya.

“Radikalisme yang berbasis agama, itu bisa saja karena salah dalam memahami ajaran agamanya masing-masing. Bukan hanya Islam, tapi di agama lain juga ada. Semua agama, penganutnya berpotensi untuk bisa radikal dari pikiran atau tindakan,”tambahnya.