Marosnews.com – Bupati Maros H.A.S Chaidir Syam membuka workshop pelestarian musik tradisional kacaping di anjungan phinisi Mangngambang 575, Rabu (18/08/2021).

Workshop pelestarian musik tradisional kacaping tersebut digelar komunitas seni Balla Buloa Heritage.

Kacaping atau yang berarti kecapi merupakan sebuah alat musik tradisional masyarakat Bugis-Makassar.

Baca juga : Panen Perdana Padi Organik di Bontoa, Ini Harapan Bupati Maros

Pembukaan workshop ini ditandai dengan pemukulan Gong oleh Bupati Maros Chaidir Syam.

Dalam kesempatan ini, Chaidir Syam menyinggung tentang keberadaan musik-musik tradisional yang semakin dilupakan generasi milenial.

Bupati Maros Chaidir Syam saat berfoto bersama dengan alat musik kecapi tradisional (ist)

“Di era 4.0 seperti sekarang musik-musik tradisional sudah dilupakan. Generasi muda kita sekarang malah menggandrungi musik yang kebarat-baratan,” ungkapnya.

Menurutnya, generasi sekarang hanya sekedar ingin disebut modern tanpa tau makna dari musik yang digandrungi.

Chaidir Syam berharap agar anak-anak generasi milenial ikut melestarikan budaya lokal.

“Kita punya musik dan alat tradisional yang menjadi warisan leluhur. Seperti halnya kacaping, ini adalah alat budaya tradisional yang harus dilestarikan” beber Chaidir.

Baca juga : Lewat Program Bedah RTLH, Pak Sulaeman Kini Punya Rumah Sehat dan Layak Huni

Sementar itu Kadisbudpar Maros, M. Ferdiansyah mengatakan kegiatan kebudayan harus tetap dikembangkan.

“Jangan sampai dalam suasana Covid -19 seperti saat ini kita tidak berpikir kreatif, kita harus tetap berinovasi” ucap pehobi olahraga lari itu.

Ferdy juga mendukung apa yang diungkapkan Bupati Maros, dia menilai musik tradisional harus tetap dilestarikan di Maros.

“Makanya kegiatan pelatihan seperti ini harus tetap dikembangkan” pungkas Ferdy.

Bersamaan dengan kegiatan ini, Agung Ahmad selaku ketua komunitas seni menjelaskan, kegiatan yang membahas tentang kecapi ini digelar karena banyaknya generasi sekarang yang sudah lupa akan alat musik kecapi.

Dirinya melanjutkan, notabenenya kecapi adalah salah satu alat musik yang sangat bagus, bisa dilihat dari notnya yang bisa sebanding dengan alat-alat musik dari luar.

“Ini hanya awal kegiatan, hanya membahas latar belakang kecapi, perkembangannya, dan cara membuat alat musik tradisional kecapi,” ungkap Agung.

Kegiatan melestarikan budaya ini menurut Agung akan dilanjutkan di bulan Oktober.

“Insyaallah di bulan sepuluh nanti akan dibahas bagaimana pengaplikasian kecapi, bagaimana cara memainkan dan bagaimana tentang harmonisasinya,” jelas Agung.

Jumlah peserta yang bergabung dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang. Peserta yang hadir dalam workshop adalah masyarakat dari komunitas adat, sanggar seni budaya, karang taruna dan komunitas pemuda yang berasal dari Desa Marannu dan Desa Bontobahari. (Ed)