Opini, MAROSnews.com – Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Lukman Irwan menanggapi fenomena gerakan masyarakat di balik kotak kosong di Pilkada Maros.
Menurutnya, banyak masyarakat yang menganggap kotak kosong sebagai pilihan protes terhadap calon pemimpin yang tidak memenuhi harapan.
Namun, realitasnya kotak kosong tidak memberikan solusi nyata bagi masyarakat, malah bisa menimbulkan kondisi ketidakpastian yang berpotensi menghambat keberlanjutan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
“Ketika masyarakat memilih kotak kosong, ada anggapan bahwa ketiadaan kandidat bisa memicu perubahan. Tapi, tanpa pemimpin yang jelas wujudnya juga justru akan memunculkan suasana ketidakpastian,” katanya, Kamis (31/10/2024).
Tanpa calon yang memiliki visi dan rencana yang jelas, kata dia, masyarakat justru terjebak dalam lingkaran ketidakpastian yang tidak ada ujungnya dan tidak akan memberikan harapan perbaikan.
“Sebenarnya, memilih kotak kosong tidak menciptakan ruang keberlanjutan yang bisa membawa perubahan bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, pilihan ini hanya akan memunculkan suasana yang tidak stabil bagi penyelenggaraan pemerintahan,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, jika kotak kosong menang, Kabupaten Maros akan dipimpin oleh Pj Bupati yang akan berganti-ganti setiap saat hingga pilkada berikutnya.
Hal itu, menurutnya, dapat menggangu jalannya pemerintahan dan pembangunan di Maros. Dengan berganti-gantinya pemimpin dapat memberikan dampak buruk bagi tata Kelola Pemerintahan karena kekosongan kepemimpinan ini dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam organisasi pemerintahan, terutama dalam hal kepastian kebijakan dan program.