Turikale, MAROSnews.com – Benarkah kepemimpinan Chaidir Syam dan Suhartina Bohari tak punya prestasi dan pembangunan?

Terkait hal itu, mantan Ketua DPRD Maros, Andi Patarai Amir mengatakan tiga tahun kepemimpinan Chaidir Syam dan Suhartina Bohari, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros telah menggelontorkan anggaran Rp 1,2 trilun rupiah khusus untuk infrastruktur, mulai dari jalan, jembatan hingga fasilitas kesehatan.

“Setiap tahunnya saya ikut menandatangani. Anggaran yang digelontorkan untuk infrastruktur itu tidak sedikit, jumlahnya Rp 1,2 triliun. Bisa dikatakan ini persentasinya sama dengan pemerintahan sebelumnya (Hatta Rahman),” katanya, Sabtu (12/10/2024).

Lebih lanjut, Patarai yang kini menjadi anggota DPRD Sulsel itu menjelaskan, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Maros tahun 2020 di akhir era Hatta Rahman mencapai Rp 1,6 Triliun. Lalu di tahun berikutnya, mengalami penurunan drastis sebesar Rp 1,4 triliun  karena pandemi Covid-19.

“Yang perlu digaris bawahi, meski pandemi menghantam hingga membuat perekonomian anjlok, Chaidir Syam tidak pernah mengurangi anggaran belanja modal. Tahun 2021, belanja modal yang digunakan pemerintah untuk pembanguan infrastruktur mencapai Rp 375 miliar,” katanya.

Selanjutnya di tahun 2022, kata Patarai, APBD Maros mulai naik menjadi Rp 1,5 triliun. Dimana Pemerintah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 376 miliar. Sedangkan di tahun 2023, APBD Maros sudah kembali ke angka Rp 1,6 triliun dengan anggaran infrastruktur mencapai Rp 396 miliar.

“Dan untuk tahun 2024 ini, APBD kita itu totalnya mencapai Rp 1,680 triliun. Untuk anggaran belanja modal kita terpaksa kurangi dari tahun lalu yakni Rp 396 miliar menjadi Rp 384 miliar. Itu karena adanya Pilkada yang anggarannya mencapai Rp 49 miliar,” paparnya.

Patarai merincikan, total anggaran untuk infrastruktur di Maros, berkisar antara 20 sampai 25 persen dari total APBD setiap tahunnya. “Nilai ini sama halnya dengan yang dianggarkan saat pemerintahan sebelumnya (Hatta Rahman). Hanya pengalokasiannya yang beda. Kalau jaman pak Hatta itu fokus ke jalan beton. Kalau pak Chaidir ini lebih menyuluruh,” ujarnya.